Rabu, 18 April 2012

Pak Zero dan Pak Tekun

Pak Zero dan Pak Tekun sama-sama memulai karier di tahun 1978 disebuah bank nasional. Pak Zero mulai berkarier dengan posisi yang lebih tinggi, yaitu sebagai supervisor, dan langsung mencicil sepeda motor. Dalam waktu 1 tahun Pak Zero sudah menjadi wakil pemimpin di sebuah cabang di Sumatera, dan langsung mencicil sebuah mobil mewah.

Setelah berkarier lama, akhirnya ia menjadi pemimpin di sebuah cabang utama di Jawa. Pak Zero selalu berganti-ganti mobil dan mencicil mobil baru setiap 3 tahun (dengan uang lama sebagai uang muka). Dia juga sudah berganti rumah 6 kali, dan sudah berkali-kali ke luar negeri. Ketika pensiun di tahun 2004, Pak Zero menerima uang pensiun yang seketika habis untuk membiayai pengobatan sakitnya.

Kemudian Pak Zero menjual rumahnya untuk memulai suatu usaha. Karena tidak mempunyai pengalaman di bidang usaha tersebut, Pak Zero tertipu dan bangkrut. Sekarang Pak Zero tinggal di rumah kontrakan, dan hanya mempunyai sedikit sisa uang yang sudah pasti tidak akan cukup untuk membiayai 4 orang anaknya, dimana anak yang paling besar masih kuliah, yang kedua dan ketiga masih SMA, dan yang paling kecil masih SMP.

Sedangkan Pak Tekun mulai karier dari level yang paling bawah dengan gaji Rp. 20.000,00. Dari pendapatannya itu ia mulai menabung Rp. 2.000,00. Ketika di tahun berikutnya mendapatkan kenaikan gaji menjadi Rp.30.000,00 dia menabung Rp. 3.000,00 ketika mempunyai gaji Rp.50.000,00 Pak Tekun menabung Rp. 20,000,00 per bulan (40% dari penghasilannya). Setelah genap 5 tahun menabung dan tidak pernah mengambil baik pokok maupun bunganya, Pak Tekun mampu menyicil rumah BTN hanya dengan bunga dari tabungannya itu.

Setelah menikah Pak Tekun bahkan menabung lebih banyak lagi karena istrinya juga bekerja dan setiap penghasilannya bertambah besar, nominal yang dia tabung juga bertambah besar. Ketika diangkat menjadi wakil pemimpin cabang tahun 1994, Pak Tekun tetap saja memakai mobil lamanya Daihatsu Zebra tahun 1980-an.

Ketika terjadi krisis ekonomi di tahun 1998 banyak pimpinan bank menjadi resah karena bank mereka diambil alih oleh pemerintah, dimana hanya ada 2 alternatif yang buruk yaitu bank ditutup atau akan tetap dibuka dengan kemungkinan pimpinan bank akan diganti oleh orang yang menjadi pilihan pemerintah. Pada saat itu Pak Tekun tetap tenang dan mengatakan “Diganti juga tidak apa-apa, saya jadi pemimpin bank kan cuma hobi. Pekerjaan saya sesungguhnya kan sebagai peternak.”

Ketika teman-temannya bertanya “Lho... Pak Tekun sekarang sudah mempunyai peternakan apa? Kok saya tidak pernah tahu.” Jawab Pak Tekun: “Iya, saya ini peternak uang. Lha gimana, uang hasil deposito saya jauh lebih besar daripada gaji saya!”.

Ketika harga-harga mobil mulai naik, tetapi bunga deposito juga naik, Pak Tekun pernah bercerita, “Saya hitung-hitung, dulu kalau saya mau beli mobil harus menunggu ternak duit saya 7 bulan, tapi sekarang walaupun harga mobil naik saya cukup nunggu ternak duit saya selama 2 bulan.”

Waktu naik pangkat lagi di tahun 1999, Pak Tekun tidak ganti mobil. Ketika pensiun di tahun 2004, Pak Tekun masih tinggal di BTN yang sama, tetapi kini rumahnya sudah jadi 4 kavling dan dibangun 2 lantai. Dia mempunyai uang lebih dari cukup dari peternakan duitnya untuk membiayai 2 anaknya yang masih kuliah dan membiayai gaya hidup keluarganya, tanpa harus bekerja lagi.

Referensi dari “Financial Revolution”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar